Fenomena Hujan Es di Bandung : Penyebab dan Tandanya
Beberapa waktu yang lalu, tepatnya tanggal 8 Maret 2022, warga Bandung, Jawa Barat dihebohkan dengan hujan yang tak biasa. Mengapa tak biasa? Ya, kala itu hujan berbentuk es dengan ukuran sebesar kelereng mengguyur wilayah tersebut sekitar pukul 14.30.
Selain Bandung, ternyata fenomena hujan es juga pernah terjadi dibeberapa kota, seperti di Surabaya, Semarang, dan Yogyakarta.
Lantas, apa sih sebenarnya penyebab terjadinya fenomena hujan es? Apa saja tanda-tandanya? Untuk menjawabnya yuk langsung simak penjelasan berikut ini.
Penyebab Fenomena Hujan Es
Seperti dikutip dari laman Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hujan es disebut juga dengan 'hail', yaitu hujan yang terdiri atas bola-bola es. Hujan es dapat terjadi karena awan Cumulonimbus tumbuh vertikal melebihi titik beku air.
Sedangkan seorang pakar klimatologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Dr. Emilya Nurjani, dalam laman resmi UGM, mengatakan awan tersebut tumbuh di ketinggian sekitar 450 dpl hingga 10 ribu dpl pada saat massa udara dalam kondisi tidak stabil.
Ketika awan yang ada dibagian bawah atau awan panan yang mengandung uap air turun, maka akan terjadi hujan normal.
Akan tetepi, jika ternyata awan bagian atas atau awan dingin cenderung mengandung es, maka ketika ia jatuh hal inilah yang berpotensi sebagai hujan es.
Menurutnya, fenomena hujan es juga dapat disebabkan karena kondisi alam yang memiliki kelembapan yang sangat tinggi, dimana massa udar serta suhu permukaan bumi yang cenderung dibawah normal juga mendukung untuk terjadinya fenomena huja es, dimana jika sampai terkena dapat menyebabkan sakit flu.
"Jika suhu di permukaan bumi cukup rendah maka kristal es akan mencapai bumi dalam bentuk es atau hail, tetapi kalau suhu di permukaan bumi cukup panas maka kristal es akan sampai di permukaan bumi sebagai hujan yang kita kenal," jelas Emilya.
Tanda-tanda Fenomena Hujan Es
Nah, berikut ini beberpa tanda-tanda hujan es akan segera turun.
- Biasanya, sehari sebelum kejadian fenomena hujan es, udara dipagi dan malam hari akan terasa sangat panas.
- Udara terasa panas dan gerah diakibatkan radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (>4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (>60%)
- Dari pukul 10.00 pagi, akan muncul awan Cumulus. Nah, diantar awan ini, akan terdapat sebuah awan dengan batas tepi yang memiliki waran keabuan menjulang tinggi.
- Kemudian, awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cumulonimbus.
- Pepohonan yang letaknya berada dekat dengan awan akan bergoyang dengan cepat.
- Udara yang cukup dingin akan mulai berhembus dengan dingin .
- Hujan deras turun secara tiba-tiba, apabila hujan gerimis maka kejadian angin kencang jauh
- Jika 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang dengan kategori puting beliung maupun tidak.
Adapun darasi terjadinya hujan es ini cenderung tak lama, tergantung dari volume siawan Comulonimbus yang terbentuk.
Komentar
Posting Komentar